Selasa, 10 Januari 2012

Penderita Asperger

Pada salah satu sudut kelas terlihat seorang anak laki-laki berusia kurang lebih 9 tahun, sedang tekun menggambar sementara ibunya sedang berbicara dengan gurunya di depan kelas. Ia terlihat sangat asyik menggambar tanda-tanda (icon) yang terdapat pada program Microsoft Word, dengan tarikan garis yang sangat pas, sangat detil hingga seolah-olah kita sedang berhadapan dengan layar komputer dan siap bekerja dengan program Microsoft Word. Ketika salah seorang rekan gurunya datang menghampiri, anak laki-laki tersebut terlihat tidak memperdulikannya namun tiba-tiba dia menyapa dan memulai pembicaraan dengan kata “Ini tanda apa!” sambil menunjuk simbol W yang mewakili Microsoft Word. Belum sempat guru tersebut menjawab, ia sudah melanjutkan kata-kata berikutnya berupa penjelasan dari tanda-tanda yang dibuatnya ;.”new….open….save….print….” dan seterusnya hingga tanda-tanda yang digambarkannya selesai disebutkan. Intonasi selama pembicaraan terlihat datar dengan wajah tanpa ekspresi. Ia terlihat seolah-olah ingin berkomunikasi dengan guru yang menghampirinya, namun kontak mata hanya sesekali. Percakapan hanya berlangsung satu arah, formal dengan topik pembicaraan terbatas dan berulang hanya pada tanda-tanda Microsoft Word.

Gambaran di atas mewakili karakteristik yang ditunjukkan oleh anak dengan sindrom asperger, yaitu gangguan perkembangan yang berada dalam spektrum autis. Kondisi yang dialami mempengaruhi kemampuan mereka dalam melakukan interaksi sosial dua arah, komunikasi verbal dan non verbal yang miskin dan keengganan untuk menerima perubahan. Cara berpikir mereka kurang luwes dan rentang minat sangat terbatas, mendalam pada bidang-bidang tertentu yang menjadi minatnya saja seperti matematika, ilmu pengetahuan, binatang atau komputer. Kecerdasan mereka normal bahkan cenderung di atas rata-rata. Pada anak-anak dengan tingkat gangguan yang sangat ringan seringkali tidak terdiagnosa dan mungkin tampil hanya sebagai anak yang aneh atau eksentrik.

Dalam gambaran yang lebih umum, anak-anak dengan sindrom asperger sulit untuk berteman dengan anak-anak seusianya, kurang dapat memahami tanda-tanda sosial yang diperlukan. Penggunaan bahasa terlihat aneh dan mereka cenderung untuk mengartikan apa yang didengar atau dibaca secara literal, hanya berdasarkan arti kata yang sebenarnya. Kepada mereka perlu diajarkan keterampilan sosial dengan menjelaskan situasi sosial dari waktu ke waktu.

Salah satu kemampuan yang terganggu pada anak-anak dengan sindrom asperger adalah kemampuan berbahasa, yang pada akhirnya juga mempengaruhi keterampilan mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa hampir 50 % anak-anak dengan sindrom asperger terlambat dalam perkembangan bicara, tetapi mereka biasanya dapat berbicara dengan lancar pada saat berusia 5 tahun (Eisenmajer, dkk dalam Attwood, 1998). Meskipun demikian, cara mereka berbicara sangat aneh, tampak nyata pada saat mereka kurang dapat mengembangkan percakapan yang wajar. Penguasaan fonologi (pengucapan) dan sintaksis (tata kalimat) mengikuti pola yang sama dengan anak-anak yang lain, namun perbedaan utama tampak pada kemampuan pragmatis (penggunaan bahasa pada konteks sosial), semantik (pemahaman suatu kata memiliki beberapa arti) serta prosodi (tinggi rendah, tekanan dan ritme suara).

Berikut ini adalah strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk membantu kesulitan berbahasa yang dialami.

Kemampuan Pragmatis
Lebih umum dikenal sebagai seni dalam berbicara. Anak-anak dengan sindrom asperger seringkali mengalami kesulitan untuk memulai interaksi dengan orang lain karena mereka sulit untuk menempatkan kalimat pembuka pada suatu percakapan sesuai dengan situasi sosial yang sedang dihadapi. Misalnya dalam menghadapi tamu orangtuanya yang datang ke rumah, salah seorang anak dengan sindrom asperger akan berkata “Halo, apakah kamu menyukai ikan pari?”, ketika tamu tersebut baru memasuki ruang tamu. Kemudian ia akan meneruskan pembicaraan dengan memberikan penjelasan yang lebih detil tentang topik tersebut secara ilmiah hingga selesai. Percakapan akan berlangsung satu arah, meskipun lawan bicaranya terlihat bosan atau menginginkan pembicaraan dihentikan. Atau tiba-tiba saja seorang anak dengan sindrom asperger mengomentari tamu ibunya dengan berkata “Tante bertubuh besar”, dimana anak tersebut tidak menyadari wajah merah ibunya atau tamu tersebut karena malu atau marah.

Yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:
· Mengajarkan mereka berbagai kalimat pembuka percakapan disesuaikan dengan berbagai situasi sosial, yang umum dilakukan orang.
· Ajarkan pula mereka untuk meminta penjelasan ketika mengalami kebingungan. Berikan dukungan agar mereka lebih percaya diri untuk mengakui “Saya tidak tahu” karena umumnya anak-anak dengan sindrom asperger tidak ingin terlihat oleh orang lain bahwa mereka tidak tahu.
· Mengajarkan mereka tanda-tanda kapan harus memberikan jawaban balasan, menginterupsi suatu percakapan atau mengubah topik pembicaraan.
· Mendampingi dan membisikkan anak apa yang harus dikatakannya pada suatu percakapan yang lebih kompleks. Secara bertahap, anak didukung untuk memulai percakapannya sendiri.
· Abaikan anak ketika mereka memberikan komentar-komentar yang tidak relevan dalam suatu percakapan.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan tersebut di atas adalah melalui bermain peran atau menggunakan balon bicara tentang cerita sosial seperti percakapan yang terdapat dalam komik. Melalui balon bicara, reaksi emosi yang muncul pada suatu percakapan dapat divisualisasikan melaui gambar atau warna.

Kemampuan Semantik
Anak-anak dengan sindrom asperger cenderung menginterpretasikan apa yang orang lain katakan secara literal. Mereka kurang dapat memahami berbagai kemungkinan arti dari suatu kata, yang dapat disesuaikan dengan konteks sosialnya. Mereka kurang dapat menyadari arti kata yang tesembunyi, implisit atau bermakna ganda. Misalnya “dalam bekerja sama kita harus saling berpegangan tangan” yang mereka artikan berpegangan tangan dalam arti yang sebenarnya. Karena kekurangannya tersebut, anak-anak ini kurang memahami olokan teman, aturan permainan atau humor.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut sebaiknya orangtua atau guru:
· Menyederhanakan pembicaraan, disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.
· Membuatkan buku catatan kecil yang berisi contoh kata-kata kiasan dan alternatif arti yang terkandung di dalamnya. Kemudian cobalah untuk menerapkan kata-kata tersebut dalam cerita sosial, yang dapat dibantu melalui percakapan dalam komik.

Prosodi
Dalam suatu percakapan, pengubahan intonasi dan besarnya suara dilakukan untuk memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau emosi tertentu. Variasi tersebut tidak ditemukan pada anak-anak dengan sindrom asperger karena pembicaraan mereka cenderung datar, monoton dan tanpa disertai ekspresi wajah yang sesuai.

Melalui latihan drama, anak dapat diajarkan untuk memodifikasi tekanan, ritme dan tinggi rendahnya suara. Lebih lanjut, penanganan oleh terapis wicara dapat membantu mengatasi masalah tersebut.

Disamping kesulitan-kesulitan berbahasa di atas, pada saat berkomunikasi anak-anak dengan sindrom asperger seringkali menemukan hambatan berkaitan dengan:

· Kesulitan untuk membedakan dan/gangguan suara
Mereka menemukan kesulitan ketika harus memperhatikan suara seseorang diantara suara orang lainnya yang berbicara pada saat bersamaan. Hal ini dapat terjadi misalnya ketika suara guru menerangkan pada kelas yang bersebelahan saling terdengar. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan untuk memahami penjelasan guru atau pun instruksi yang diberikan. Yang dapat dilakukan oleh guru atau orangtua adalah:

- Memberikan dukungan kepada anak untuk meminta pengulangan instruksi dengan lebih singkat dan dengan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami.
- Mintalah anak untuk mengulang kembali intruksi yang telah diberikan untuk mengetahui penerimaannya.
- Beri jeda setiap selesai menyampaikan suatu kalimat/instruksi.
- Untuk membantu penerimaan anak terhadap penjelasan guru di kelas, berikan tugas pada anak untuk membaca terlebih dahulu materi baru yang akan diajarkan.

· Kecenderungan untuk berbicara sendiri
Anak-anak dengan sindrom asperger seringkali berbicara sendiri ketika sedang bermain sendiri atau sedang bersama orang lain. Mereka menjadi terlihat aneh dan kegiatan yang mereka lakukan mengganggu perhatian orang lain. Tidak jarang mereka menjadi bahan olokan teman-temannya atau instruksi guru menjadi terabaikan.

Bila kegiatan tersebut sudah menganggu orang lain, ajarkan mereka untuk berbisik-bisik saja.

· Kelancaran verbal
Pada saat anak-anak asperger memiliki antusiasme yang sangat tinggi terhadap minat mereka, mereka akan membicarakan minat tersebut secara terus menerus dan seringkali membuat orang lain yang mendengarkannya merasa bosan. Oleh karena itu sebaiknya mereka diajarkan untuk mengenali tanda-tanda kapan dia harus berhenti berbicara. Sebaliknya pada saat anak-anak ini menjadi diam atau kehilangan kata-kata mereka, guru dan orangtua hendaknya mewaspadai kemungkinan mereka sedang memiliki kecemasan yang sangat tinggi sehingga memerlukan penanganan ahli.

Pada dasarnya anak-anak dengan sindrom asperger merupakan anak-anak yang cerdas, bahagia dan penuh dengan kasih sayang. Bila kita dapat membantu mereka menembus “dunia kecil” mereka, kita dapat membantu mengatasi permasalahan mereka untuk menjadi lebih baik dalam masyarakat.

oleh
Vitriani Sumarlis, Psi

sumber : Regina Pacis http://kesulitanbelajar.blogspot.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment